Kartini Muda yang Berkarya di Kota Tangerang
21 April diperingati sebagai hari Kartini, seorang sosok pahlawan emansipasi wanita yang menginspirasi banyak pihak bukan hanya di Indonesia, tapi juga dimata internasional. Dan masihkah ada kartini-kartini muda dijaman seperti ini ? Banyak jawabnya.
Kartini-kartini muda kini sudah banyak berkarya membantu pemerintah dalam pembangunan. Seperti salah satunya yang dilakukan Ernawati, warga Jalan KH Hasyim Ashari, Gg Masjid Rt/Rw 04/02, No 10, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang.
Ibu tiga anak ini sejak 2012 mengelola sebuah lembaga yang diberi nama Rumah Belajar dan Bermain Cinta Ananda. Rumah belajar dan bermain ini mengakomodir anak-anak kampung sekitar rumahnya yang dijadikan lokasi belajar.
"Berdirinya Januari 2012 lalu, saat ini siswanya sudah mencapai 60 orang mulai dari usia balita sampai kelas 6 SD," jelasnya.
Erna menceritakan awalnya ia mendirikan rumah belajar dan bermain karena menyukai dunia pendidikan dan dunia anak. "Saya menyukai dunia pendidikan dan anak, lalu saya mengingat memori masa kanak-kanak saya yang indah dengan berbagai permainan tradisionalnya yang saat ini sudah mulai hilang dan tidak dapat dinikmati anak-anak. Dari sanalah saya akhirnya menggagas rumah belajar dan bermain ini agar anak-anak juga dapat merasakan indahnya masa kecil mereka dengan permainan tradisional yang mendidik," ucapnya.
Dua konsep yang dipadukan menjadi satu ini kata Erna sangatlah diminati anak-anak, karena mereka tidak hanya harus belajar dan belajar akan tetapi juga disisipi hak bermainnya.
"Sebenarnya permainan masa lampau dapat melatih emosional dan motorik anak, anak-anak jadi semakin semangat belajar," tuturnya kembali.
Permainan-permainan tradisional anak yang dimainkan seperti engrang bambu, congklak, hulahub, lompat tali, dampu, galasin dan tak benteng.
Hingga saat ini kata Erna, ia masih swadaya sendiri untuk memenuhi semua kelengkapan permainan dan belajar, dan ada tambahan ada keiklasan orang tua siswa yang memberi untuk operasional, karena dalam pembelajaran Erna tidak menanganinya sendiri, melainkan dibantu 3 orang tutor.
Keikhlasan orang tua siswapun kata Erna sama sekali tidak terlalu menjadi nomor utama, karena konsep tidak menarik iuran sengaja dibuatnya agar menarik anak mau belajar dan melestarikan permainan-permainan tradisional.
"Untuk infak kita sediakan tromol bebas dan tidak dipaksakan, sementara untuk transport tutor sebagian keluar dari kantong sendiri, dan sebagian diambil dari infak tersebut," pungkasnya.